Saturday, February 21, 2009

Puyeng..Puyeng..Puyer...


Beberapa minggu terakhir santer diberitakan oleh stasiun TV swasta tertua kita mengenai pro kontra peresepan puyer untuk pasien anak-anak. Menurut saya, sangat pemberitaan tersebut sangat tidak berimbang, dokter terkesan dipojokkan dengan peresepan polifarmasi, yang sebetulnya tidak semua dari kami merepsepkannya. Sebenarnya huru hara puyer ini dimulai dari liputan investigatif mengenai sebuah apotek yang kurang menjaga higyne dengan menggerus obat menggunakan chopper yang sangat kotor oleh bekas-bekas obat, eeeehh.. nggak lama kok malah dokter yang ngresepin puyernya yang digunjingkan, sungguh aneh...
Saya berpendapat, kok kelihatannya ada pemelencengan berita yah.. dari yang semula membahas chopper untuk obat-obatan yang masih tercampur obat lama, menjadi dokter yang dituding tidak profesional karena masih meresepkan puyer. Mungkin, ada pesanan beberapa pihak untuk sengaja dibelokkan biar, obat paten lebih dilirik untuk diresepkan, karena bila penggunaan puyer tetap tinggi, toh obat paten yang hargana masih mahal bagisebagian besar masyarakat Indonesia itu kurang laku!
Anyway, bu Mentri kita yang menurut saya hebat! telah memutuskan bahwa puyer adalah obat terbaik bagi anak-anak Indonesia... Sebenernya sih saya tidak kontra juga tidak pro banget dengan puyer. Toh kami para dokter, tetap kecipratan lebih banyak bila meresepkan obat paten, tapi yang disayangkan, kami masih memikirkan lemahnya daya beli sebagian besar masyarakat akan obat paten, selain itu banyak keluhan orang tua mengenai sulitnya putra-putrinya dalam menelan obat, yang notabene, banyak yang ditujukkan untuk dewasa (karena kurangnya sediaan obat paten yang dikhususkan bagi anak-anak di Indonesia ini-e.g: dexametason, mefenamic acid), juga kultur masyarakat yang kurang puas bila hanya diberi satu macam obat. Toh anak-anak tersebut juga capat sembuh dengan diberi puyer! dan otomatis, pasien akan beralih ke dokter lain dan menjelek-jelekkan dokter yang kurang beruntung tersebut kesemua kenalannya.
Memang, kalo menurut pendapat saya sih lain ladang lain belalang, jangan samakan kultur kita dengan kultur jurnal-jurnal penelitian yang sebagian besar ditulis oleh orang bule. Alhamdulillah saya pernah diberi kesempatan melihat seperti apa pharmacy mereka, seperti apa pharmacyst mereka, saya punya teman seorang pharmacyst dari Pecs, Hungaria, Ency Enyedi. Dari sediaan obatnyapun mereka lebih lengkap (dalam hal obat pediatrik) dibanding negri tercinta kita, pola penyakitnyapun kemungkinan besar beda, walau penelitian mengisyaratkan 80% penyebab common cold pada anak adalah viral infection, apakah tidak ada kemungkinan pola penyebab common cold di Indonesia berbeda? buktinya dengan pemberian antibiotik rasional (saya selalu meresepkan antibiotik syrup pada pasien anak, dan tidak pernah dipuyer) pada pasien pediatri akan lebih cepat meredakan panas dan batuk berdahak dibanding tanpa antibiotik.
Mungkin beberapa tips berikut berguna bagi sejawat dan orang tua pasien,
  1. selalu tanyakan pada orang tua pasien apakah obat mau dalam bentuk sediaan syrup, tablet atau dipuyer.
  2. jangan pernah memuyer antibiotik, apalagi dengan mencampurnya dengan puyer obat lain, sebab menurut saya, banyak kejadian alergi dan akan sulit untuk mentracing dari manakah obat yang menjadikan alergen selain itu sediaan syrup lebih mudah dan lebih disukai.
  3. jangan mencampur puyer antipiretik dengan obat jenis lain, karena disaat tubuh sudah mencapai suhu yang normal, antipiretik akan tetap teminum bersama dengan obat dalam puyer lainnya, gunakanlah syrup antipiretik, karena telah banyak tersedia di pasaran.
  4. antibiotik rasional hanya digunakan apabila pasien dengan pemberian antipiretik saja tidak kunjung sembuh setelah beberap hari, dan masih ada tanda-tanda infeksi, seperti batuk berdahak hebat, mucus berwarna kuning kehijauan, dan tenggorokan yang meradang.
  5. swap leukosit sukar dijumpai dalam praktek klinik di Indonesia, jadi jangan harap menemukannya, hahaha... dasar RCTI ada-ada aja tipsnya!
  6. Sebagai dokter, kita melakukan therapeutics trading, jadi pasien adalah raja, dan kita hanya menunjukkan jalan yang benar.
semoga berguna!

1 Kumentar:

Tinaa said...

Setuju! Kadang2 media ngasih tips yg tidak praktis sama sekali. Dokter ngasih puyer kan juga ada pertimbangannya.
Udah gitu ada pasien yg minta puyernya rasa strawberry, atau jeruk, atau apalah. Kalo sediaan sirup sih byk. Akhirnya aku sampe beli pemanis yg ada rasa buahnya. Demi memuaskan keinginan para orang tua itu.