Kali ini saya mau berbagi pengalaman sedikit masalah bistrot yang saya sambangi di Strassbourg. L'epicerie namanya, bistrot di sudut gang sempit yang selalu dipenuhi oleh turis untuk menikmati tartine (semacam roti bakar dengan bermacam topping).
Saat masuk ke dalam bistrot ini kesan yang saya temui pertama adalah interiornya yang sangat sederhana, mirip sebuah toko kelontong tua yang menurut saya jauh lebih elegan dari disain-disain interior kafe-kafe dan resto modern.
Interiornya sangat "hangat" dan familier, walau terkesan tidak mewah tapi benar-benar chic. Mulai dari reklame-reklame lawas yang dipasang didinding, hingga lemari klontong yang berisi sikat lantai, bar soap, dan peralatan-peralatan "jadoel" lainnya.
Selain itu menunya, yang sebagian besar berupa tartine, sebuah roti keras a la eropa, yang dibakar dan diberi topping beraneka ragam, mulai dari tuna, angsa hingga madu dan almond, sangat menggugah selera. Walau porsi eropa yang cenderung posi nanggung dan porsi buat jaim (nggak seperti makanan solo yang porsinya bejibun), tapi rasanya pas diperut, nggak bikin kenyang, tapi udah ngilangin laper.
Masalah harga, yah lumayan mahal buat kantong WNI, sepiring roti bakar dihargai 40 ribu sampe 70 ribuan rupiah. Padahal di solo dengan harga segitu bisa dapet seember roti bakar + keju dan coklat, huehehehe. Tapi apa sih yang nggak buat sekedar pengalaman. Yang penting bagi saya "sudah pernah mencoba" dan wareg...
Cheers..
Saat masuk ke dalam bistrot ini kesan yang saya temui pertama adalah interiornya yang sangat sederhana, mirip sebuah toko kelontong tua yang menurut saya jauh lebih elegan dari disain-disain interior kafe-kafe dan resto modern.
Interiornya sangat "hangat" dan familier, walau terkesan tidak mewah tapi benar-benar chic. Mulai dari reklame-reklame lawas yang dipasang didinding, hingga lemari klontong yang berisi sikat lantai, bar soap, dan peralatan-peralatan "jadoel" lainnya.
Selain itu menunya, yang sebagian besar berupa tartine, sebuah roti keras a la eropa, yang dibakar dan diberi topping beraneka ragam, mulai dari tuna, angsa hingga madu dan almond, sangat menggugah selera. Walau porsi eropa yang cenderung posi nanggung dan porsi buat jaim (nggak seperti makanan solo yang porsinya bejibun), tapi rasanya pas diperut, nggak bikin kenyang, tapi udah ngilangin laper.
Masalah harga, yah lumayan mahal buat kantong WNI, sepiring roti bakar dihargai 40 ribu sampe 70 ribuan rupiah. Padahal di solo dengan harga segitu bisa dapet seember roti bakar + keju dan coklat, huehehehe. Tapi apa sih yang nggak buat sekedar pengalaman. Yang penting bagi saya "sudah pernah mencoba" dan wareg...
Cheers..
0 Kumentar:
Post a Comment